Kompetensi Dasar Estetika Bentuk 02 sebagai Bekal bagi Mahasiswa Tingkat Pertama untuk Memahami, Merasakan, serta Menciptakan Bentuk dan Ruang

<!–[if !mso]> <! st1\:*{behavior:url(#ieooui) } –>

Kompetensi Dasar Estetika Bentuk 02

sebagai Bekal bagi Mahasiswa Tingkat Pertama

untuk Memahami, Merasakan, serta Menciptakan Bentuk dan Ruang

Ummul Mustaqimah,. ST., MT

Staff Pengajar

Universitas Sebelas Maret Surakarta

(ummul_m@yahoo.com)

Abstrak

Calon mahasiswa baru memasuki Program Studi Arsitektur UNS melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), dengan mengerjakan serangkaian test koginitif berstandard SNMPTN. Mahasiswa yang lolos seleksi pada tahun pertama di Prodi Arsitektur mengalami masa transisi, terutama transisi dalam kegiatan pembelajaran atau perkuliahan itu sendiri.

Ilmu arsitektur yang akan berkaitan dengan menciptakan dan menata bentuk dan ruang menuntut kompetensi mahasiswa baru untuk bisa membekali diri dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik dalam penciptaan bentuk dan ruang (2Dimensi maupun 3Dimensi).

Mata Kuliah Estetika Bentuk 02 memfasilitasi pembekalan mengenai bentuk dan ruang. Silabus, rencana pembelajaran, hingga variasi metoda pembelajaran akan dibahas dalam makalah ini. Selain itu, peran dosen sebagai fasilitator pembelajaran dan peran mahasiswa sebagai siswa pembelajar juga menjadi hal yang dicermati.

Kemampuan kognitif dalam memahami hingga menganalisis, kemampuan afektif untuk merasakan ruang dengan pertimbangan estetikanya, serta kemampuan psikomotorik dengan menerapkan prinsip-prinsip komposisi pada rancangan bentuk dan ruangnya, merupakan kompetensi standar yang menjadi prasyarat dalam pembelajaran di Prodi Arsitektur. Ketiga hal ini akan diaplikasikan secara mendalam terutama pada mata kuliah inti di Prodi Arsitektur UNS, yaitu mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 1 (SPA 01) hingga SPA 07 dan bermuara pada Studio Tugas Akhir.

Kata kunci:

Kompetensi, Bentuk, Ruang, Pembelajaran

Pendahuluan

Mahasiswa yang berhasil memasuki Prodi Arsitektur UNS melalui serangkaian seleksi memasuki perguruan tinggi yang ditetapkan oleh UNS (jalur PMDK) maupun yang sesuai dengan standar test nasional SNMPTN, merupakan input bagi Prodi Arsitektur yang telah mememiliki kemampuan dasar. Namun, seleksi seperti ini tidak bisa menunjukkan kemampuan spesifik yang diperlukan di Prodi Arsitektur yaitu kemampuan mengenai pandang ruang. Ilmu arsitektur yang sangat berkaitan dengan penciptaan dan penataan ruang membutuhkan kompetensi mahasiswa mengenai bentuk dan ruang. Dari hal ini, maka dibutuhkan suatu kurikulum yang kemudian dijabarkan dalam beberapa mata kuliah yang akan memfasilitasi proses pembelajaran mengenai ruang. Pencapaian kompetensi menjadi tujuan pembelajaran, yang untuk selanjutnya bisa membekali mahasiswa dalam melalui tahapan-tahapan pembelajaran di Prodi Arsitektur hingga pada saat berpraktek profesi kelak.

Mata kuliah Estetika Bentuk, yang diberikan pada semester I (Estetika Bentuk 01 – dasar komposisi bentuk 2Dimensi) dan pada semester II (Estetika Bentuk 02 – dasar komposisi bentuk 3Dimensi) merupakan mata kuliah yang akan memfasilitas pembelajaran untuk mencapai kompetensi berkaitan dengan bentuk dan ruang. Pada pembahasan kali ini, akan difokuskan pada Mata Kuliah Estetika Bentuk 02 yang lebih banyak memfasilitasi pembelajaran mengenai 3Dimensi (ruang dan massa). Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) akan dikaji. Namun kajian yang lebih mendalam dalam makalah ini akan lebih menyoroti pelakasanaan pembelajaran Estetika Bentuk 02.

Pembahasan

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Sisdiknas Tahun 2003). Sehingga rangkaian dokumen (curriculum plan) dan kegiatan nyata (actual curriculum) merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan.

Dokumen yang terdiri dari Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tiap mata kuliah dipersiapkan dari awal. Selanjutnya actual curriculum dilaksanakan dalam serangkaian proses pembelajaran, proses evaluasi dan penciptaan suasana belajar.

Dikaitkan dengan kompetensi menurut Kepmendiknas No. 045/U/2002 dan pengertian kurikulum sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu, maka kompetensi akan dilihat dari berbagai aspek. Bloom (1956:17) menganalisis kompetensi menjadi tiga aspek, yaitu:

a.       kognitif, meliputi tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.

b.       afektif, meliputi pemberian respons, penilaian, apresiasi, dan internalisasi.

c.       psikomotorik, meliputi keterampilan gerak awal, semi rutin dan rutin.

a. Curriculum Plan

Sebagai sebuah rangkaian penjabaran kurikulum, pada mata kuliah Estetika Bentuk 02, juga dipersiapkan dokumen silabus dan RPP yang merencanakan pembelajaran dengan menitikberatkan pada pencapaikan kompetensi. Kerangka susunannya berdasarkan strategi atau pentahapan pembelajaran dalam mencapai kompetensi.

Standar Kompetensi (SK) merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Pada Mata Kuliah Estetika Bentuk 02, standar kompetensi yang diangkat adalah mengerti dan memahami teori dasar estetika bentuk 3Dimensi, mampu menganalisis prinsip komposisi 3Dimensi dan dapat mengaplikasikannya ke dalam desain. Selanjutnya, standar kompetensi tersebut dijabarkan dalam beberapa kompetensi dasar.

b. Actual Curriculum

b.1. Proses Pembelajaran

Proses belajar sebagai upaya untuk mencari dan mengkonstruksi (membentuk) pengetahuan aktif dan spesifik caranya, merupakan proses penting ketika dikaitkan dengan pembelajaran mengenai bentuk 3Dimensi (ruang dan massa) pada Mata Kuliah Estetika Bentuk 02. Kespesifikan cara dan pengalaman belajar ini berhubungan erat dengan kompetensi yang akan dicapai. Beberapa cara belajar dan kaitannya dengan kompetensi yang hendak dicapai dalam Mata Kuliah Esetika Bentuk 02 dalam dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1.

Hubungan Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar

Kompetensi Dasar

Pengalaman Belajar

Keterangan

Menjelaskan pembentukan 3Dimensi sederhana Membuat sketsa bentuk dasar.

Menjelaskan dan mendiskusikan pembentukan 3Dimensi.

Bahan atau alat yang dibutuhkan:

alat tulis dan alat gambar.

Memahami pengolahan 3Dimensi massa (stereotomic) Melakukan pengamatan dan percobaan terhadap massa 3Dimensi platonic solid

Menggambarkan kembali hasil eksplorasi bentuk dasar.

Presentasi dan Diskusi

Bahan atau alat yang dibutuhkan:

Bola, maket sederhana, lilin mainan, stereofoam, dan alat pembuatan maket lainnya.

Memahami, menjelaskan dan menganalisis pengolahan artikulasi massa 3Dimensi Melakukan pengamatan dan percobaan sederhana pada “kulit” massa 3Dimensi platonic solid

Menggambarkan kembali hasil analisis (membuat sketsa)

Presentasi dan Diskusi

Bahan dan alat pembuatan maket sederhana: lilin mainan, stereofoam, perekat dan alat lainnya.
Memahami, menjelaskan dan menganalisis penataan massa 3Dimensi majemuk. Melakukan pengamatan dan percobaan sederhana dengan menyusun beberapa massa 3Dimensi platonic solid.

Menggambarkan kembali hasil analisis (membuat sketsa)

Presentasi dan Diskusi

Bahan dan alat pembuatan maket sederhana: lilin mainan, stereofoam, perekat dan alat lainnya.
Menjelaskan proses pembentukan 3Dimensi (ruang) secaratektonis Melakukan pengamatan dan percobaan sederhana dengan menyusun bidang-bidang untuk membentuk ruang.

Membuat maket

Presentasi dan Diskusi

Bahan dan alat pembuatan maket “ruang” sederhana: kertas karton,stereofoam, perekat, alat potong, dan sebagainya.
Menjelaskan pengolahan kualitas ruang Melakukan pengamatan terhadap sebuah ruang.

Membuat sketsa analisis pengolahan elemen ruang

Presentasi dan Diskusi

Alat gambar, foto
Menjelaskan pengertian hubungan ruang dan jenis-jenisnya. Melakukan pengamatan terhadap sebuah jenis-jenis hubungan ruang.

Membuat sketsa analisis hubungan ruang

Presentasi dan Diskusi

Alat gambar, foto
Menyajikan proses eksplorasi bentuk Diskusi eksplorasi ide bentuk, hubungan ruang, dan sirkulasi. Hasil eksplorasi di studio SPA2
Menyajikan dan menganalisis eksplorasi bentuk dan hubungan ruang atau massa. Diskusi eksplorasi ide bentuk, hubungan ruang, dan sirkulasi. Hasil eksplorasi di studio SPA2
Menyajikan proses eksporasi bentuk dari tugas besar Studio Perancangan Arsitektur 02 (SPA02) Membuat Poster Panel tentang eksplorasi tugas SPA02

Presentasi terpadu display ujian SPA02

Kolaboratif antara mata kuliah Estetika Bentuk 02 dan Studio Perancangan Arsitektur 02

Variasi Pengalaman Belajar:

1. Melakukan pengamatan dan percobaan terhadap massa 3Dimensi platonic solid.

Mahasiswa berkesempatan untuk melihat, mengamati, merasakan, meraba, dan mengasah empiri sensual terhadap massa 3Dimensi sederhana (platonic solid). Secara kognitif, mahasiswa mengkontruksi pengetahuan tentang bentuk 3Dimensi. Kemampuan psikomotorik diasah dengan mengolah massa-massa sederhana tersebut.

2. Menggambarkan kembali hasil eksplorasi bentuk dasar

Mahasiswa mendapat kesempatan untuk mengungkapkan hal yang dipikirkan, dirasakan dan dialami pada saat membuat suatu eksplorasi bentuk. Pengungkapan tersebut disajikan dalam sketsa atau penggambaran kembali hasil eksplorasinya. Kemampuan kognitif dan afektif terlihat dari sketsa yang dituangkan. Kemampuan psikomotorik dikembangkan dengan pembuatan komposisi lay out presentasi. Secara tidak langsung mahasiswa disegarkan kembali ingatan, perasaan dan kemampuan dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip komposisi.

3. Melakukan pengamatan dan percobaan sederhana dengan menyusun beberapa massa 3Dimensi platonic solid. Menggambarkan kembali hasil analisis (membuat sketsa). Presentasi dan Diskusi. (dilakukan berkelompok)

Mahasiswa memperoleh kesempatan untuk mengeksplorasi penataan massa majemuk. Ketika hal ini dikerjakan secara berkelompok, mahasiswa dapat mengasah soft skill kerja sama, kepemimpinan, dan manajemen.

4. Mencari contoh penerapan organisasi massa majemuk, membuat sketsa analisis, dan mempresentasikan hasil analisisnya.

Mahasiswa melakukan pencarian sumber belajar dari buku, internet, atau mencari langsung dari contoh bangunan yang sudah ada. Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik terlihat dari sketsa atau poster yang dipaparkan.

5. Melakukan pengamatan dan percobaan sederhana dengan menyusun bidang-bidang untuk membentuk ruang. Membuat maket. (dilakukan bersama-sama dalam kelas)

Mahasiswa membuat maket yang menunjukkan ruang dengan skala 1:25. Dengan skala ini, mahasiswa bisa merasakan ruang dengan cukup detail. Pengolahan bidang-bidang (2Dimensi) dalam membentuk “rasa” ruang 3Dimensi merupakan tantangan yang dinikmati oleh mahasiswa.

6. Melakukan pengamatan dan percobaan sederhana dengan menyusun bidang-bidang untuk membentuk ruang. Membuat maket. (dilakukan mandiri di luar kelas, di luar jam kuliah)

Mahasiswa secara mandiri mengembangkan kemampuan psikomotoriknya dalam menciptakan ruang. Karena dilakukan di luar jam kuliah dan dilakukan di luar kelas, tantangan untuk membuat maket ini lebih dinikmati oleh mahasiswa.

7. Presentasi hasil analisis dan diskusi

Mahasiswa dapat melakukan presentasi hasil analisis yang telah dilakukannya. Presentasi ini diikuti dengan diskusi. Pada pembelajaran seperti ini, kemapuan kognitif, afektif dan psikomotorik dapat terlihat secara menyeluruh. Soft skill dalam hal public speaking secara langsung bisa diasah.

8. Melakukan “bedah desain”, melakukan analisis Tugas Besar Studio Perancangan Arsitektur 02 (SPA02), dan mempresentasikannya pada saat display ujian SPA02.

Mahasiswa secara aktif menunjukkan serangkaian proses eksplorasi yang telah dilakukan selama pembuatan Tugas Besar Studio Perancangan Arsitektur 02. Keseluruhan kompetensi akan ditunjukkan pada tahap ini.

b.2. Proses Evaluasi

Proses evaluasi dilakukan berkelanjutan. Pada tiap tahap pembelajaran, di setiap kompetensi dasar dijabarkan indikator-indikator evaluasi. Penugasan (membuat analisis yang disajikan dalam bentuk poster ukuran A4) dan presentasi hasil analisisnya dievaluasi berdasarkan indikator-indikator yang ditetapkan. Pada kondisi idealnya, tiap poster dipresentasikan. Namun adanya keterbatasan waktu, presentasi ini dipilih dari beberapa yang mewakili variasi hasil analisis. Pada akhir semester, semua hasil analisis dikumpulkan dalam sebuah porto folio tugas Mata Kuliah Estetika Bentuk 02.

b.3. Penciptaan Suasana Belajar

Jumlah mahasiswa yang mengikuti Mata Kuliah Estetika Bentuk 02 mencapai angka 80. Kapasitas ruang yang dialokasikan oleh Jurusan Arsitektur cukup besar. Namun, idealnya rasio antara jumlah mahasiswa dan kapasitas ruang juga harus dipertimbangkan. Ruang kuliah yang ditata klasikal kurang mendukung untuk pembelajaran Estetika Bentuk 02. Dengan pengalaman pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara aktif, pemilihan ruang studio sebagai tempat belajar akan lebih menunjang daripada ruang kuliah biasa. Kendala penataan ruang bisa disikapi dengan mengubah posisi bangku-bangku kuliah dengan menyesuaikan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Sebagai variasi tempat belajar, pada saat-saat tertentu kegiatan pembelajaran bisa dialihkan ke tempat lain seperti hall di samping ruang kuliah. Tantangan dari variasi tempat pembelajaran yang ditemui adalah kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan selama proses pembelajaran, terutama saat pembuatan maket. Namun, di sisi lain, dengan adanya variasi seperti ini, suasana belajar bisa semakin menyenangkan. Dampak dari suasana menyenangkan, biasanya mahasiswa menjadi lebih kreatif dalam belajar dan berkarya.

c. Interaksi Pembelajaran

Membahas proses pembelajaran, tidak akan terlepas dari interaksi antar elemen di dalamnya. Interaksi yang terjadi pada proses pembelajaran melibatkan dosen, mahasiswa, sumber belajar dalam sebuah lingkungan belajar.

Dosen sebagai pendidik memiliki peran menjadi fasilitator dan motivator. Peran sebagai motivator menjadi penting karena Mata Kuliah Estetika Bentuk 02 ini diambil oleh mahasiswa semester II, yang secara psikologis sedang menjalani masa transisi antara masa sekolah menengah atas ke perguruan tinggi. Memberikan motivasi merupakan hal sangat perlu dilakukan oleh dosen. Pada saat yang sama, dosen pun berperan sebagai fasilitator yang diharapkan, yaitu fasilitator yang membelajarkan mahasiswa. Dalam hal ini, membelajarkan adalah berpartisipasi dengan mahasiswa dalam membentuk pengetahuan, serta menjalankan berbagai strategi yang membantu mahasiswa untuk dapat belajar. Sehingga perlu dikembangkan pembelajaran yang baik dan berkelanjutan. Method of inquiry and discovery bisa menjadi alternatif proses dan interaksi dalam pembelajaran ini. Mampu mengasah empiri sensual, selanjutnya membangun konstruksi pengetahuan tentang bentuk, hingga menciptakan bentuk 3Dimensi dengan menerapkan prinsip-prinsip komposisi merupakan hal yang akan dicapai melalui beberapa metoda dan pengalaman belajar mahasiswa.

Di sisi lain, mahasiswa sebagai peserta didik, diharapkan menunjukkan kinerja kreatif (kognitif, afektif, dan psikomotorik yang utuh). Sumber belajar yang multi dimensi, didukung oleh kemudahan akses informasi akan memacu percepatan dalam pencapaian kompetensi. Lingkungan belajar yang terancang dan kontekstual dapat membuat suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Penutup

Menjadi sarjana arsitektur atau idealnya berpraktek profesi sebagai arsitek, dimulai saat pertama kali menjadi mahasiswa arsitektur. Kompetensi yang berkaitan dengan menciptakan dan menata bentuk dan ruang merupakan kebutuhan yang mendasar dalam ilmu arsitektur. Seperangkat rencana pembelajaran dan kegiatan nyata (proses pembelajaran, proses evaluasi, dan suasana belajar) adalah kunci untuk tercapainya sebuah kompetensi. Interaksi pembelajaran menjadi hal yang tidak terpisahkan. Mata Kuliah Estetika Bentuk 02 dengan rencana pembelajaran dan kegiatan nyata pembelajarannya berusaha memfasilitasi pembekalan mengenai bentuk dan ruang. Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh dari Mata Kuliah Estetika Bentuk 02, diharapkan bisa dikembangkan dan diaplikasikan secara mendalam terutama pada mata kuliah inti di Prodi Arsitektur UNS, yaitu mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur (SPA) hingga SPA 07 dan bermuara pada Studio Tugas Akhir.